Kegiatan Belajar dari Rumah pada Siswa di Lingkungan Perumahan

Kegiatan Belajar dari Rumah
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)


 

       Di tahun 2020, seluruh dunia menghadapi masalah yang sangat berat. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyebaran virus Covid-19 mencapai tingkat pandemi. Pandemi merupakan wabah penyakit yang terjadi pada wilayah geografi yang luas atau menyebar secara global. Artinya, seluruh negara di dunia ini terancam oleh satu masalah yang sama. Hingga awal tahun 2021, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari delapan juta orang dan memakan korban sekitar 1,8 juta jiwa. Apabila tidak ditangani dengan serius, maka akan banyak manusia yang menjadi korban keganasan virus ini.

Virus yang diduga berasal dari Wuhan ini menyebar melalui droplet atau percikan air liur dari orang yang terinfeksi. Bila seseorang berkontak dengan orang yang terinfeksi, maka kemungkinan besar akan terinfeksi. Tidak hanya dengan berkontak, apabila menyentuh sesuatu yang terkontaminasi virus juga dapat membuat terinfeksi. Setelah terinfeksi, gejala yang ditunjukan oleh virus ini diawali dengan batuk pilek saja. Kemudian dilanjut dengan sesak nafas dan demam. Lalu, apabila tidak ditangani dengan cepat, virus ini dapat membunuh manusia. Hal inilah yang menjadikan Covid-19 menjadi ketakutan seluruh dunia.

Pandemi ini berpengaruh pada kehidupan manusia pada umumnya. Banyak cara yang dilakukan demi memperlambat penyebaran virus ini. Pembatasan sosial  atau social distancing menjadi tanggung jawab masing-masing individu untuk menekan angka penyebaran. Puncaknya, pemerintah-pemerintah semua negara di dunia serempak menyatakan karantina wilayah atau lockdown. Sekolah, perguruan tinggi, kantor, hingga restoran dan kedai diharuskan untuk tutup. Semua acara yang memungkinkannya berkumpul orang banyak dibatalkan. Transportasi dalam dan antar wilayah pun diberhentikan. Hal ini berdampak pada aktivitas sehari-hari manusia. Virus memaksa manusia untuk bekerja, belajar, hingga beribadah di rumah.

           Di Indonesia sendiri, pemerintah pusat menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB sebagai upaya menghentikan penyebaran virus. Kebijakan ini sangat berpengaruh pada banyak sektor, salah satunya pendidikan. Fenomena belajar dari rumah secara online menjadi buah bibir di kalangan pelajar dan guru. Berbagai rintangan seperti belum meratanya internet, sulitnya siswa dalam mengakses gawai, hingga kondisi gagap teknologi yang dialami sebagian guru membuat belajar dari rumah sulit dilakukan. Tetapi setelah satu tahun berjalan, belajar dari rumah yang awalnya terasa mustahil berubah menjadi aktivitas tak terlewatkan oleh para pelajar dan pengajar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal baru yang menghiasi belajar dari rumah menjadi lebih berbeda dibandingkan belajar tatap muka.

         Setiap siswa  pasti memiliki latar belakang yang beragam, salah satu contohnya adalah siswa yang hidup di daerah perkotaan dan tinggal di lingkungan perumahan. Dengan latar belakang ini tentunya akan berpengaruh pula pada bagaimana siswa belajar daring dari rumah. Hal yang cukup mencolok dari siswa perumahan adalah adaptasi yang cepat pada gawai dan segala hal yang berbau internet. Siswa dari kalangan perumahan memang biasa dikaitkan dengan kemampuan ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan siswa dari kalangan lain. Dengan kemampuan ekonomi seperti ini akan memudahkan akses siswa pada kemajuan teknologi. Pihak sekolah pun ikut menyesuaikan pada kondisi siswa perumahan ini. Berbagai platform pendidikan daring baik milik sekolah ataupun pihak ketiga seperti Google Classroom menjadi andalan untuk memudahkan siswa dalam mengakses materi pembelajaran.

Platform Pembelajaran milik SMAN 1 Tasikmalaya
(sumber : https://sman1tasikmalaya.sekolah-pintar.id)




           Aktivitas yang serba instan dalam belajar daring dari rumah ini juga memiliki masalah yang perlu dipecahkan. Beberapa isu seperti kemudahan mencari materi, mengetik, hingga masalah copy-paste sering menjadi alasan bagi siswa untuk bermalas-malasan dalam belajar. Pihak sekolah pun mendapatkan solusi yang cukup jitu dalam mengatasi potensi kemalasan siswa. SMAN 1 Tasikmalaya misalnya, pihak sekolah mengharuskan siswa untuk mengumpulkan tugas dalam bentuk tulisan tangan dalam satu buku tebal. Hal ini diharapkan siswa dapat tetap terbiasa dalam menulis juga mengurangi rasa malas siswa atas kemudahan-kemudahan yang didapat.

            

Contoh Tugas dengan Tulisan Tangan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)


             Adapun kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dari lingkungan perumahan biasanya berkutat di sulitnya memfokuskan diri pada tugas yang diberikan. Distraksi dari gawai dan internet sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Hal ini tentu harus menjadi evaluasi dari orang tua siswa untuk terus mengawasi putra-putrinya saat belajar dari rumah.

Komentar

Postingan Populer