Relevansi Pekerjaan Rumah di Kurikulum 2013

 

Ilustrasi siswa mengerjakan PR (Sumber : tribunnews.com)


    Kurikulum 2013 atau juga disebut K-13 ini merupakan kurikulum yang ditetapkan pemerintah dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah digunakan selama 6 tahun. Kurikulum 2013 telah diselenggarakan selama kurang lebih 8 tahun. Sejak diberlakukannya pada tahun 2013, kurikulum ini masih mengantongi beberapa masalah yang cukup menyulitkan kehidupan bersekolah anak. Kurangnya sosialisasi dan sumber daya manusia membuat kurikulum ini sempat dihentikan sementara pada beberapa sekolah. Kurikulum ini juga pernah mengalami revisi pada tahun 2016. Salah satu masalah yang sering kali diangkat adalah keberadaaan pekerjaan rumah bagi anak. 

    Pekerjaan rumah yang sering juga disingkat menjadi PR adalah salah satu kegiatan sekolah yang dilakukan di rumah. PR ini biasa berkonsep penugasan yang harus dikerjakan di luar jam sekolah. Setelah dikerjakan, PR diharuskan untuk dikumpul kepada guru yang menugaskan. PR dianggap cukup membantu siswa dalam memahami materi serta mengisi waktu belajar di rumah masing-masing.  Tapi, urgensi  PR ini masih menjadi perdebatan hingga saat ini.  Banyak pihak yang menolak keberadaan PR karena dirasa terlalu membebani siswa. PR juga dianggap tidak menambah kapasitas akademik siswa sama sekali. Alfie Kohn, seorang dosen kependidikan asal Amerika Serikat, berpendapat bahwa "There was no consistent linear or curvilinear relation between the amount of time spent on homework and the child's level of academic achievement". 

    Polemik PR masih berlanjut ketika banyak orang yang membandingkan Indonesia dengan negara lain, contohnya Finlandia. Melihat dari negara yang dinobatkan sebagai negara dengan pendidikan terbaik di dunia ini, pendidikan di Finlandia tidak memberikan pekerjaan rumah bagi siswanya. Semua pembelajaran dilakukan di sekolah hingga tuntas, hal ini dipercaya efektif bagi pembelajaran siswa. Di Finlandia, sekolah tidak memberikan PR karena mereka ingin memberikan waktu bagi siswanya untuk relax, mengistirahatkan otaknya karena otak manusia juga membutuhkan waktu untuk beristirahat.

        Kurikulum 2013 menerapkan penilaian dalam empat aspek. Keempat aspek tersebut adalah spritual (kode KI-1), sosial (kode KI-2), pengetahuan (kode KI-3), dan keterampilan (kode KI-4). Sebagai kurikululum yang mengusung pendidikan karakter, maka aspek penilaian sikap dan perilaku di kurikulum ini diberi angka yang besar. Sikap dan perilaku (moral) adalah aspek penilaian yang teramat penting sehingga nilai aspek mencapai 60 dari 100. Apabila salah seorang siswa melakukan sikap buruk, maka dianggap seluruh nilainya kurang. Oleh karena itu, penilaian sikap dan moral yang ditunjukan dari aspek spiritual dan sosial begitu berpengaruh pada penilaian siswa.

        Dari aspek penilaian tadi, maka ada beberapa pihak yang menyarankan untuk mengonsep ulang PR. Tidak hanya tugas akademik saja, tetapi PR juga disisipkan tugas-tugas sosial. Hal ini juga pernah disarankan oleh Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke UGM. Presiden Jokowi sempat mengusulkan agar pekerjaan rumah (PR) bagi para siswa sekolah dapat berupa kegiatan sosial. Selama ini PR yang diberikan oleh guru kepada pelajar sekolah umumnya soal-soal dari berbagai mata pelajaran. “Bisa saja mereka diberikan PR misalnya menengok tetangganya yang sakit. PR-nya itu menengok tetangganya yang sakit atau menengok kawannya yang sakit,” kata Presiden Jokowi. 

        
Infografik mengenai PR berupa kegiatan sosial (sumber : tirto.id)



    Zaman telah semakin maju. Kebutuhan siswa tidak lagi hanya berkutat di persoalan akademis saja, melainkan juga sosial budaya. Keberadaan PR yang memberatkan sudah tidak lagi relevan dengan tujuan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, penghapusan PR akademik dan digantikan dengan PR yang lebih aplikatif sudah sangat cukup untuk menjadikan siswa lebih cerdas lagi.       



Referensi : 

Antara News. 2017. Jokowi Usulkan Kegiatan Sosial Jadi PR Pelajar. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/642031/jokowi-usulkan-kegiatan-sosial-jadi-pr-pelajar

Debora, Y. 2017. Saatnya Mengubah Pekerjaan Rumah Anak Sekolah. Diakses dari https://tirto.id/saatnya-mengubah-pekerjaan-rumah-anak-sekolah-ctX7

Febriansyah. 2019. Apakah Pekerjaan Rumah Bermanfaat untuk Siswa?. Diakses dari https://tirto.id/apakah-pekerjaan-rumah-bermanfaat-untuk-siswa-diu5
 
Jayanthi, J. 2017. Tugas Rumah (PR) dalam Pendidikan Indonesia. Diakses dari https://student-activity.binus.ac.id/himpgsd/2017/04/tugas-rumah-pr-dalam-pendidikan-indonesia/

Kohn, A. 2006. Abusing Research : The Study of Homework and Other Examples. Diakses dari https://www.alfiekohn.org/article/abusing-research/

Nurbeda, N. Urgensi Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah (Pr) dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar Siswa. Nur El-Islam2(1), 113-121.

Wangid, M. N. (2011). Pekerjaan Rumah Sebagai Pemberdayaan Pendidikan. Penelitian. Yogyakarta: Jurusan Psikologi dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Komentar

Postingan Populer